
KONFRONTASI-Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 dosen dituntut untuk terus meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya. Terutama agar dosen adaptif terhadap perubahan dan tidak gagap teknologi (gaptek) dalam proses pembelajaran sehari-hari.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi (SDID) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), Ali Ghufron Mukti, mengatakan tidak ada dosen yang mampu bertahan jika tidak responsif terhadap perubahan zaman. Salah satunya adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi.
"Bukan dosen pintar yang akan bertahan, melainkan dosen yang adaptif terhadap perubahan," kata Ghufron dalam Diskusi 'Menyiapkan Dosen Masa Depan' di Jakarta, Kamis, 19 April 2018.
Ghufron bahkan menegaskan dosen yang tidak adaptif akan mudah tergerus oleh teknologi dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Untuk itu, pihaknya akan mengubah kualifikasi dan kompetensi dosen ke depan.
"Bukan lagi hanya dosen yang menguasai materi, namun juga metode dan proses pembelajaran modern berbasis teknologi," tegas Ghufron.
Dengan optimalisasi teknologi dalam proses pembelajaran, Ghufron berharap perguruan tinggi di Indonesia dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya berintegritas, namun juga berdaya saing tinggi. "Sebab saat ini daya saing kita belum memuaskan," tandas mantan Wakil Menteri Kesehatan ini.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Paramadina Firmanzah mengatakan dosen di perguruan tinggi juga dituntut untuk menyesuaikan diri dengan karakter zaman anak didiknya.
"Jadi masalahnya ada di dosen, bagaimana beradaptasi dengan masuknya era digital dan menyesuaikan diri dengan generasi milenial," kata dekan termuda yang pernah dimiliki Universitas Indonesia (UI) ini.
Firmanzah menegaskan agar ada pergeseran cara mengajar di perguruan tinggi. Konsep pendidikan saat ini harus mampu mendorong mahasiswa berpikir kreatif, inovatif, dan bukan hanya menghapal.
"Namun, harus mampu membangun konsep dan mencari solusi," jelas mantan Staf Khusus Bidang Ekonomi di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini.[mr/mtv]