
KONFRONTASI- Lompatan teknologi yang begitu tajam telah mempengaruhi gerak hidup masyarakat dewasa ini. Kebutuhan masyarakat akan smartphone atau ponsel pintar pun kian meningkat, seiring dengan kemunculan ponsel-ponsel baru dengan spesifikasi yang lebih memuaskan. Tak ayal penggunaan smartphone sudah menjadi pemandangan lumrah di masyarakat, tak terkecuali anak-anak.
Penggunaan gadget sendiri bisa berdampak positif maupun negatif bagi anak-anak yang terbiasa menggunakan alat bantu tersebut. Sayangnya, banyak orangtua yang cenderung lalai mengawasi anak bermain ponsel, sehingga berakibat "kecolongan". Ponsel anak pun kerap dipenuhi konten-konten yang mengandung unsur pornografi, kekerasan, dan lainnya.
Psikolog anak dan dosen pro di Psikologi Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi, Magdalena Hanoum, menyebutkan penggunaan gadget pada anak diperbolehkan selama mendapat pengawasan ketat dari orangtua. Namun perlu disesuaikan dengan tingkat usia serta kebutuhan si anak. Hal ini demi menghindari dampak buruk yang bisa menimpa anak-anak sejak dini.
"Kalau anak sudah bisa menggunakan alat bantu, bisa diperbolehkan menggunakan gadget. Tapi harus diperhatikan kegunaannya untuk apa, disesuaikan dengan kebutuhan anak. Misalnya, anak balita untuk bermain, oke. Gunakan gadget yang hanya bisa digunakan untuk bermain, tidak memiliki konten lain selain permainan. Jika sudah SD butuh gadget untuk komunikasi, boleh. Jadi dibatasi sebatas kebutuhan untuk anak," katanya kepada Okezone, Jum'at (9/8/2019).
Menurut Hanoem, pemberian gadget yang asal kepada anak, atau bisa dibilang hanya sekedar mengikuti tren, hanya akan memberikan dampak buruk terhadap perkembangan anak. Apalagi jika minim pengawasan dari orangtua, justru akan membuat anak semakin leluasa berselancar di dunia maya. Terlebih ditengah kemudahan akses internet saat ini yang banyak memuat konten-konten negatif.
"Berilah gadget yang sesuai dengan kebutuhan anak. Jadi gadget itu diperbolehkan ketika disesuaikan dengan tingkat usia dan kebutuhan. Karena anak-anak itu belum bisa menggunakan alat sesuai keinginan mereka. Jadi orangtua harus bisa membatasi gadget yang seperti apa, konten seperti apa yang dibutuhkan anak-anak," ujarnya.
Hanoem menegaskan, baik buruk dampak yang diterima anak dari penggunaan gadget, sangat tergantung dari pengawasan orangtua. Oleh sebab itu orangtua tak boleh lengah dalam mengatur dan mengawasi pemakaian gadget pada sang anak.
"Karena yang tahu kebutuhan anak-anak untuk menggunakan gadget itu kan orangtuanya. Jadi orangtua yang bisa mengatur, gadget seperti apa yang bisa memenuhi kebutuhan anaknya," tegasnya.
Lanjut Hanoem, penggunaan gadget pada anak balita masih sangat perlu bimbingan rutin dari orangtua. Bagi yang sudah duduk di bangku sekolah, akan lebih baik jika dilakukan komitmen antara orangtua dan anak terkait penggunaan gadget. Dan pastikan agar anak patuh pada komitmen yang telah disepakati. Dengan peran orangtua sebagai pengawas, tentunya dapat mengurangi atau bahkan mencegah dampak buruk gadget pada anak.
"Orangtua harus tahu kapan anak diberikan waktu untuk menggunakan gadget. Orangtua harus membatasi waktu atau seberapa intens anak boleh menggunakan gadget. Itu kan sebetulnya bagaimana orangtua mengatur anak-anak, karena mereka belum bisa mengatur dirinya sendiri. Ketika mereka diberikan alat, mereka hanya bisa menggunakannya sesuai dengan kemampuan mereka," paparnya.